Friday, November 21, 2008

Perbedaan Kelas Rawat Inap Rumah Rakit

. Friday, November 21, 2008
0 comments

Issue faktor dominan apa yang menyebabkan besarnya perbedaan tagihan rawat inap antara rumah sakit; telah lama menjadi topik pembahasan antar instansi terkait., misalnya antara Berbagai organisasi atau instansi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Pemilik rumah sakit, PT.. ASKES Indonesia, PT.. Jamsostek, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sering kali membahas masalah tersebut.. Beberapa faktor dominan yang dibahas telah diketahui meliputi faktor rumah sakit (Feldstein, 1971; Sloan,1976), faktor dokter yang merawat (Sulastomo, 1997; Gani A, 1993; Dalyono,1998; Yacobalis S, 1993), dan faktor pasien (Thabrany H H.,1997).. Di samping itu, faktor bauran kasus (case mix) turut berperan sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap variasi besarnya tagihan rawat inap (Aron, 1984)..

Penghasilan yang rendah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap tarif dan mempengaruhi kesanggupan membayar yang terbanyak berkisar satu sampai tiga juta (75%). Selain itu ada beberapa pasien menempati ruangan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan karena penuh, ditambah lagi perbedaan tarif kelas II yang hampir tiga kali lipat dari tarif kelas III. Sementara mahalnya tarif jasa medis, obat-obatan, penunjang medis, alat kesehatan, tindakan medis dan administrasi dipengaruhi tingkat beratnya penyakit, dan lamanya hari rawat disamping alat teknologi dan obat-obatan yang masih impor.

  • Pengaruh faktor dokter terhadap tagihan rawat inap lebih besar dibandingkan dengan pengaruh faktor rumah sakit
  • Pengaruh faktor pasien terhadap tagihan rawat inap lebih besar dibandingkan dengan pengaruh faktor rumah sakit
  • Kontribusi faktor bauran kasus terhadap variasi tagihan rawat inap adalah lebih dari 50%, atau dengan perkataan lain kontribusi gabungan faktor rumah sakit, faktor pasien, dan faktor dokter adalah kurang dari 50%..
  • Tagihan rawat inap penyakit yang disertai penyakit penyerta lebih tinggi 30% dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang tidak disertai penyakit penyerta..
  • Tagihan rawat inap penyakit yang disertai penyulit lebih tinggi 30% dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang tidak disertai penyulit..
  • Tagihan rawat inap pasien umur <18>55 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap pasien umur antara 18-55 tahun..
  • Tagihan rawat inap pasien yang dibayar perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap tagihan rawat inap yang dibayar PT ASKES
  • Tagihan rawat inap pasien yang membayar sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang dibayar PT.. ASKES
  • Tagihan rawat inap pasien kelas I lebih dari dua kali dibandingkan tagihan rawat inap dengan pasien kelas III..
  • Tagihan rawat inap pasien kelas II lebih dari satu kali dibandingkan dengan tagihan rawat inap pasien kelas III..
  • Tagihan rawat inap di rumah sakit swasta lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap rumah sakit pemerintah..
  • Tagihan rawat inap di rumah sakit kelas B lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap rumah sakit kelas kelas C..
  • Tagihan rawat inap rumah sakit yang memiliki fasilitas obat di unit rawat inap lebih rendah dibandingkan dengan tagihan rawat inap rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas obat di unit rawat inap..
  • Tagihan rawat inap bagi pasien yang dirawat oleh dokter tamu purna waktu lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang dirawat dokter organik..
  • Tagihan rawat inap pasien yang dirawat oleh dokter tamu paruh waktu lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang dirawat dokter organik..
  • Tagihan rawat inap pasien yang dirawat oleh dokter konsulen lebih tinggi dibandingkan dengan tagihan rawat inap yang dirawat oleh dokter spesialis..
  • Makin lama pasien dirawat, makin rendah tagihan per hari rawat..


diambil dari beberapa sumber:
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=925&tbl=artikel
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2000-henny-635-inpatient&q=Usia

Klik disini untuk melanjutkan »»

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

.
0 comments

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Get your own at Scribd or explore others: Health askep

Klik disini untuk melanjutkan »»

Thursday, November 20, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN PERILAKU KEKERASAN

. Thursday, November 20, 2008
0 comments

Askep klien anak Dengan Prilaku Kekerasan

Get your own at Scribd or explore others: Medical

Klik disini untuk melanjutkan »»

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

.
0 comments

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Get your own at Scribd or explore others:

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, November 19, 2008

Pengumuman CPNS Propinsi Yogyakarta 2008

. Wednesday, November 19, 2008
0 comments

pengumuman cpns Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lihat pengumuman DISINI

jumla tenaga yang dibutuhkan disini

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday, November 17, 2008

Askep Halusinasi

. Monday, November 17, 2008
0 comments

Klik disini untuk melanjutkan »»

HIPERTENSI

.
0 comments

HIPERTENSI

A. DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, & gagal ginjal.
Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau, obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan. Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Maka konsekuensi pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, & stroke. Selain itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah. Hipertrofi ini dapat diperiksa dengan EKG atau rontgen thorak. Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tahanan tersebut belum banyak diketahui. Tetapi obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tahanan perifer untuk menurunkan tekanan darah & mengurangi stress pada system vaskuler.
B. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembulih darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, meyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
C. Etiologi
Berdasarkan Penyebabnya Hipertensi dibagi dalam 2 Golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
D. Faktor Pencetus terjadinya Hipertensi
1. Obesitas / kegemukan
2. Kebiasaan merokok
3. Minuman beralkohol
4. Penyakit kencing manis dan jantung
5. Wanita yang tidak menstruasi
6. Stress
7. Kurang olah raga
8. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol


E. Tanda dan gejala:
 Sakit kepala dan pusing
 Nyeri kepala berputar
 Rasa berat di tengkuk
 Marah/emosi tidak stabil
 Mata berkunang – kunang
 Telinga berdengung
 Sukar tidur
 Kesemutan
 Kesulitan bicara
 Rasa mual / muntah

G. MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti: perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil dapat terjadi (edema pada diskus optikus). Gejala pada orang hipertensi biasanya menunjukkan gejala vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh system organ yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang sering menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak lagi mampu menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi seperti nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegi) atau gangguan tajam penglihatan.


H. PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualtas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk: penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium, tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 – 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Penyakit Neurosis Sigmund Freud

.
0 comments

penyakit neurosis sigmund freud, penyakit neurosis sigmund freud' penyakit neurosis sigmund freud
RESPON ANSIETAS DAN GANGGUAN ANSIETAS

Definisi
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal
Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis

Etiologi
1. Teori neurobiology
* Kimia otak dan factor perkembangan
Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain
* Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA ( gamma-aminobutyric acid ) berperan dalam perkembangan cemas
*  Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input ( amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas /takut )
Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
*  Locus ceruleus, adlah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas ( khususnya PTSD ( post traumatic sindrom disorder )
*  Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori
*  Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD ( obsessive compulsive disorder )
*Penyakit fisik
* Exposure of subsntace
*Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis
2. Teori psikologi
*  Harga diri rendah
*  Pemalu pada masa kanak-kanak
*  Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
*  Ketidaknyamanan dengan agresi
* Sexual abuse
* Mengaami peristiwa yang menakutkan
* Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara belbihan terhaap suatu bahaya

Faktor resiko

  • Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
  • Etnik
  • Perpisahan
  • Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
  • Status social dan ekonomi rendah
  • Riwayat keluarga ( pernah adanya penyimpangan yang hampir sama )
  • Substance or stimulant abuse

Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Individu menjadi waspada dan mengaLami peningkatan lapang persespi. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kretaifitas
2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu mmerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain
4. Panik
Behubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proposinya. Kehilangan kendali, tidak mampu melakukan Sesuatu meski dengan arahan

Efek fisiologis cemas
  • Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah
  • Aluran darah ke otot meningkat
  • Respirasi meningkat
  • Berkeringat
  • Pelepasan glikogen
  • Peningkatan kemampuan pembekuan darah
  • Produksi saliva meurun
  • Penurunan fungsi pencernan
  • enurunan respon imun

Kriteria serangan panic ( sedikitnya ada 4 gejalayang berkembang dengan cepat dan mencapai pincaknya dalam 10 menit ) :
1. Palpitasi, jantung berdenyut keras, frekuensi denyut jantung meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetar/menggigil
4. Sensasi sesak nafas
5. Merasa tersedak
6. Nyeri dada/keridaknyamanan
7. Mual/disstres abdomen
8. Merasa pusing, tidak tegap, pening/pingsan
9. Derealisasi ( merasa tidak nyata ), atau dpersonalisai ( merasa terasing paa diri sendiri )
10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Parestesia ( sensasi kebas/kesemutan )
13. Menggigil/hotflash

Macam :
1. Phobia ( ketakutan yang tidak rasional terhadap suatu objek atau situasi yang secara objektif bukanlah sesuatu yang membahayakan
2. Panic attack
 Respon fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap stressor
 Ketakutan akan adanya bahaya/terror, terjadi dalam situasi yang spesifik, minimal ditandai 4-13 keluhan fisik atau gejala kognitif
 Terjadi beberapa menit, puncaknya 10 menit
3. Panic disorder
 Kambuh berulang, serangan panic tak dapat diprediksi
 Bisa atau tidak dengan agoraphobia
4. OCD
 Individu mengalami obsessive atau kompulsif berulang ( > 1 jam/hari)
 Klien merasa asing denga diri sendiri
 Jika tidak diobati, individu dapat jatuh pada kondisi depresi atau bunuh diri
5. Stres disorder
a. Acute Stres Disorder ( ACD )
o Terjadi pada bulan l setelah paparan trauma yang extreme
o Disosiasi, melihat dunia hanya sebagai mimpi yang tidak nyata
o Memori sangat kurang ( dissosiative amnesia )
o Resolve 2-4 mg setelah trauma
b. Acute Post-Traumatic Disorder )
o ASD lebih dari 1 bulan
o Cemas, selalu teringat dengan trauma yang dialami, mimpi buruk, gangguan tidur, menghindari situasi trauma
c. Chronic PTSD
Acute PTSD > 3 bulan
Semua hal iatas dapat menyebabkan penurunan harga diri, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan social, kesulitan membangun hubungan, merasa diri rusak, dan beresiko substance abuse.


Penanganan :
1.      Cognitive Behaviour Therapy
a.      Panic attack
  Cognitive restructuring
  Desensitisasi terhadap situasi yang menakutkan
  Alih pengetahuan terhadap penyimpangan yang dialami
  Ajarkan relaksasi ( teknik nafas dalam )
b.      Anxiety disorder
Teknik relaksasi, stress managemen, biofeedback
Intervensi kognitif untuk membentuk kembali catastrophic thinking
Bantu memecahkan masalah
c.      OCD
Desensistisasi
Alih pengetahuan
Teknik relaksasi
d.      ASD
§   Bantu klien untuk mendapatkan dukungan kelompok
§   Komunikasi terapeutik
§   Ajarkan problem solving
§   Ajarkan teknik relaksasi
e.      Spesifik phobia : Desensitisasi
f.        Social phobia
Challenge negative beliefs
Ajarkan penilaian yang reaistis terhadap situasi sosial
g.      PTSD : Dukung klien dalam terapi kelompok
2.      Pharmacologic treatment

  • Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs )
  • Bezodiazepines ( BZDs )
  • Buspirone
  • Beta blocker
  • Tricyclic antidepressants ( TCAs )

Klik disini untuk melanjutkan »»

Pilek Dan Batuk Pada Bayi

.
0 comments

Batuk dan pilek merupakan keluhan keluhan yang sering disampaikan oleh orang tuan yang membawa anaknya berobat. Ada kalanya batuk dan pilek mudah diobati bahkan bias sembuh sendiri tanpa pengobatan, tetapi tidak jarang batuk dan pilek sukar hilang walaupun telah diberikan macam-macam obat.
Batuk dan bersin merupakan upaya pertahanan tubuh yang alamiah , yaitu suatu refleks perlindungan yang primitif untuk membuang lender berlebihan atau benda asing di saluran pernafasan. Refleks ini terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat di dalam atau diluar saluran nafas, oleh rangsangan bersifat kimiawi maupun mekanis. Rangsang yang dapat mencetuskan batuk: udara dingin, benda asing, radang/pembengkakan selaput lendir saluran nafas, penekanan terhadap saluran nafas misal oleh tumor, adanya lendir atau kontraksi saluran nafas.
Batuk menjadi tidak normal lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Batuk yang berkepanjangan pada anak tidak jarang bahkan selalu menimbulkan kecemasan pada orang tua. Selain dapat terjadi komplikasi dari penyakit penyebab batuk juga dapat mengganggu tidur, pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara konvensional, batuk kronis didefinisikan sebagai batuk lebih dari 3 minggu, tetapi infeksi saluran nafas juga bisa memberi gejala batuk lebih 3 minggu sehingga untuk mengatasi overlap waktu ini, ad yang mendefinisikan sebagai batuk menetap lebih dari 8 minggu. Sering kali batuk kronis terjadi tidak hanya dalam satu kali episode tetapi bisa terjadi berulang kali. Sehingga didefinisikan batuk kronis berulang adalah batuk yang berlangsung sekurang kurangnya 3 minggu berturut-turut dan atau paling sedikit 3 episode dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala gangguan nafas lain.
Batuk kronis pada beberapa hal, normal pada anak anak dan mempunyai prognosis yang baik, tetapi bila batuknya tidak biasa dan berat, beberapa kelainan yang mendasari mungkin ada

Penyebab
Batuk kronis bukan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi gejala dari berbagai penyakit baik baik didalam maupun diluar saluran nafas. Kemungkinan penyebab batuk pilek kronis pada anak:
Infeksi
Bronkhitis karena virus berulang adalah yang paling sering dan secara klasik bergejala sebagai batuk bersamaan dengan infeksi saluran pernafasan atas.
Tuberkulosis juga harus dipertimbangkan dengan adanya batuk kronis, khususnya bila ada infeksi sekunder
Sinusitis, suatu penelitan klinis menyatakan 37,1 % pasien dg batuk kronis pemeriksaan CT-Scan menunjukkan sinusitis

Hubungan Antara Batuk Dan Alergi
Alergi adalah reaksi abnormal terhadap satu atau bahan tertentu, contoh debu rumah, bulu binatang, serbuk sari bunga, obat, atau makanan, alergi saluran nafas dapat bermanifestasi klinis sebagai asma
Batuk psikogenik
Batuk kering kronik tanpa bukti adanya penyebab yang mendasari, biasanya berupa kebiasaan (tic-like cough) hilang saat malam anak tidur

Refluks dan Aspirasi
Merupakan penyebab paling umum, baik aspirasi mikro maupun reflek vagal. Akan tetapi refluks yang normal jarang berhubungan dengan batuk

Batuk kronis dimana ada kelainan seriu pada Paru
Tanda atau peringatan untuk penyakit paru serius yang mendasari pemeriksaan lebih lanjut
• Batuk pada masa bayi baru lahir
• Radang paru virus kronik (citomegalovirus/CMV, klamidia)
• Batuk setelah makan, gastroesofageal refluks, atau aspirasi langsung ke paru
• Batuk dimulai dan menerus setelah tersedak, kemungkinan benda asing
• Batuk purulen adanya penyakit supuratif paru


Penanganan
Peran orang tua sangat besar, karena tahu jelas gambaran batuk pilek anaknya, misalnya mengenai frekuensi, lama faktor pencetus, serta gejala penyerta lainnya, Yang harus diperhatikan pada anak batuk pilek berulang:
• Perhatikan faktor pencetus (alergen) yang menyebabkan munculnya batuk
• Jauhkan dari paparan asp rokok
• Hindari minum dingin
• Olahraga secukupnya
• Perhatikan asupan cairan, cairan yang cukup dpt mengencerkan dahak dan melindungi selaput lendir saluran nafas
• Perhatikan asupan gizi anak

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sekolah Untuk Anak Berbakat

.
0 comments

Tinggalkan Kelas Akselerasi, Masuk Kelas Inklusi
Hingga kini kita hanya mengenal kelas akselerasi (percepatan) untuk anak-anak berbakat (gifted children) Indonesia. Sesungguhnya kelas akselerasi sudah banyak ditinggalkan.
Keuntungannya memang anak didik dapat didorong agar berprestasi lebih cepat. Sayangnya, anak berbakat muda yang tengah berkembang, namun setengah dari populasi itu justru underachiever. Ini karena tumbuh kembang mereka berbeda dari anak normal, yang menyebabkan kesulitan dalam menerima pembelajaran konvensional.
Sekalipun mereka mempunyai loncatan perkembangan kognitif dan motorik kasar, terapi mereka dapat tertinggal pada kematangan perkembangan, baik fisik, emosi, motorik halus, adaptasi, sosial, bahasa, dan bicara. Ini yang menyebabkan ketidaksiapan menerima pembelajaran. Bisa juga karena membutuhkan pendekatan khusus, mereka sulit berprestasi di kelas konvensional atau klasikal.
Mereka membutuhkan pendekatan dua arah sekaligus. Mengeliminasi kesulitan akibat perkembangannya yang unik, dan juga sekaligus keberbakatannya. Jika hanya mengatasi beberapa masalah saja, dari banyak laporan, justru hanya akan menambah masalah baru. Ini disebabkan karena dorongan internal anak-anak berbakat adalah memenuhi rasa keingintahuannya yang besar melalui eksplorasi dan pengembangan intelektualitasnya. Ini membutuhkan penyaluran dan pemenuhan kebutuhan.
Andaikan hanya mengupayakan kelas akselerasi saja, anak ini tidak akan terdeteksi sebagai anak berbakat dan juga tidak akan menerima pendidikan sebagaimana keunikan, kesulitan, dan kebutuhannya. Kesemua ini mengancam nasibnya di kemudian hari.
Apa yang dibutuhkannya dalam pendidikannya adalah bimbingan guru yang memahami berbagai karakteristiknya, personalitasnya, tumbuh kembangnya, gaya berpikir, dan gaya belajarnya, yang memang berbeda dari anak-anak normal pada umumnya.
Mereka butuh pendekatan pembelajaran dua arah sekaligus. Pertama ke arah kesulitannya di mana ia membutuhkan dukungan, stimulasi, terapi, remedial teaching, dan kesabaran. Kedua, membutuhkan berbagai materi yang sesuai dengan karakteristik berpikir seorang anak berbakat yang lebih kepada materi yang penuh tantangan pengembangan kreativitas dan analisis.
Sekolah reguler yang mampu menerima anak-anak berbakat agar dapat mengikuti pendidikan saat di fase-fase sulitnya di kelas-kelas sekolah dasar bersama anak normal lainnya, sekaligus juga menerima layanan pengembangan keberbakatan, disebut sekolah inklusi.
Guru diharapkan dapat membimbingnya menapaki tahapan tumbuh kembangnya yang sulit tersebut dalam situasi aman agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dalam lingkungan yang nyaman. Sebab anak-anak berbakat yang mempunyai gejala mirip dengan autisme ataupun ADHD, tidak layak jika diterapi dan dididik sebagai autisme atau ADHD, karena sekalipun mempunyai gejala yang mirip namun mempunyai perbedaan yang tegas, serta neurobiologis dan akar permasalahan yang berbeda.
Guna memenuhi hal ini, guru perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan yang memadai dan selalu mengikuti penyegaran keilmuan guna mengikuti perkembangan strategi pengajaran yang didukung oleh hasil-hasil penelitian mutakhir (evidence based practice) yang kini sangat pesat berkembang.

diambil dari: gifted-disinkroni.blogspot.com
Oleh
Julia Maria van Tiel

Klik disini untuk melanjutkan »»

TBC Pada Anak

.
0 comments

Serangan TBC terhadap anak-anak juga sangat rawan mengganggu organ tubuh selain paru-paru, terutama otak. Akibatnya, anak terganggu tumbuh kembangnya, bahkan.
Berdasarkan pengalamannya, tuberkulosis pada anak rawan menyerang antara lain tulang, mata, dan terutama otak. Serangan TBC pada otak, misalnya, dapat menyebabkan kecacatan. Anak terancam gagal kembang, sulit bicara, tangan lemah atau cacat lain sehingga perlu penanganan fisioterapi.
Tantangan lain, TBC pada anak, terutama bayi yakni kesulitan memeriksa apakah anak terkena TBC. Gejala yang sering timbul antara lain demam yang biasanya terlalu tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu lama. Sedangkan, tanda-tanda yang tidak terlalu spesifik antara lain berat badan turun tanpa sebab jelas, nafsu makan tidak ada, gagal tumbuh, pembesaran kelenjar limfa yang tidak sakit, batuk lama lebih dari tiga minggu, serta diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. Kerap kali anak terlambat ditangani.
Jika terdapat gejala tersebut, sebaiknya anak sedini mungkin dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk dites mountex dan kemudian dievaluasi lebih lanjut. Tak kalah penting ialah informasi lengkap dari orangtua selengkapnya tentang kondisi kehidupan anak.
Bagi anak yang telah terkena TBC, pengobatan yang dijalani sama saja dengan orang dewasa yakni menjalani pengobatan paket selama enam bulan. Namun, , tuberkulosis pada anak tidak cukup semata ditangani dengan pengobatan, tetapi perbaikan lingkungan serta peningkatan gizi sangat penting untuk memperkuat daya tahan tubuh anak.
Imunisasi BCG (antituberkulosis) tidak menjamin anak bebas dari penyakit tersebut. Kuman penyebab TBC yakni Mycobacterium tuberkulosis ditularkan melalui percikan dahak. Jika terkena kuman terus-menerus dari orang-orang dewasa di dekatnya, terutama orangtua, maka anak tetap terkena. Di antara sesama anak kecil sendiri sangat kecil kemungkinan menularkan.
"Padahal, interaksi orangtua sangat dekat dan intens dengan anak, apalagi yang masih bayi. Terkadang sambil menimang-nimang dinyanyikan dan anak mendapat percikan dahak dari orangtua yang sakit TBC. sehingga anak tertular
Oleh karena itu, angka anak penderita TBC sangat terpengaruh jumlah orang dewasa yang dapat menularkan TBC.

TBC
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
B. Penyebab
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
C. Tanda dan Gejala
Gejala umum:
1. Batuk terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa sputum
2. Badan lemah
3. Gejala flu
4. Demam derajat rendah
5. Nyeri dada
Gejala yang sering jumpai:
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun
D. Perjalanan Penyakit (Patogenesis)
1. Tuberkulosis Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV ventilasi yang baik dan kelembabab udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang terjadi.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka akan membentuk sarang TB pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer.
Komplek primer ini selajutnya dapat menjadi :
* Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
* Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon.
* Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya.
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar keusus.
c. Secara limfogen, keorgan tubuh lainnya
d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
2. Tuberkulosis Post Primer
Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer). TB post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Tergantung dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
a. Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa cacat
b. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
c. Sarang dini meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadillah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Reaksi hipersensitivitas : Tes Kulit Tuberkulin
a. Tes tuberkulin intradermal (Mantoux)
b. Tes tuberkulin dengan suntikan jet
c. Tes tuberkulin tusukan majemuk
2. Pemeriksaan radiografik
Gambaran TBC milier berupa bercak-bercak halus tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiology lain yang sering menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
3. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positip adalah sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
F. Penatalaksanaan
1. Obat anti TB (OAT)
Karena pemakaian obat tunggal banyak terjadi retesistensi karena sebagian besar kuman TB memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak maka terapi TB dilakukan dengan memakai paduan obat.
Jenis Obat :
• Obat primer
- isoniazid = INH - Streptomisin = SM
- Rifampisin = RMP - Etambutol
- Pita zinamid
• Obat sekunder
- Etionamid - P.A.S (Para Amine Saliycylic Acid)
- Prorionamid - Tiasetazon
- Sikloseren - Viomysin
- Kanamisin - Kapremisyn
2. Pembedahan pada TB Paru
3. DOTS
4. Pencegahan
• Kemaprofilaksis
• Vaksinasi BCG
• Program kontrol.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Thursday, October 30, 2008

Nurse to Nurse: Palliative Care

. Thursday, October 30, 2008
0 comments




Klik disini untuk melanjutkan »»

Hypnosis and Treating Depression: Applications in Clinical Practice

.
1 comments



Klik disini untuk melanjutkan »»

Practice Nurse Handbook

.
0 comments




Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, October 29, 2008

nurse practitioner books V1 (Rapid ECG Interpretation)

. Wednesday, October 29, 2008
0 comments





Rapid ECG Interpretation (Contemporary Cardiology)
By M. Gabriel Khan
Publisher:
Humana Press
Number Of Pages:
416
Publication Date:
2007-09-18
ISBN-10 / ASIN:
1588299791
ISBN-13 / EAN:
9781588299796
Binding:
Hardcover

Book Description:
With a step-by-step method for accurate interpretation of the ECG, this third edition of Rapid ECG Interpretation describes a systematic approach consistent with the changes in cardiology practice over the past decade. All diagnostic ECG criteria are given with relevant and instructive ECGs, providing a quick review or refresher for proficiency tests and for physicians preparing for the ECG section of the Cardiovascular Diseases Board Examination.
Book Info
B. Saunders. Univ. of Ottawa, Canada. Synoptic guide to a systematic eleven-step method for rapid ECG interpretation necessary for the diagnosis of critical cardiac problems. Covers all diagnostic ECG criteria. Softcover. DNLM: Electrocardiography--handbooks. --This text refers to an out of print or unavailable edition of this title.

.Rapid ECG Interpretation

Klik disini untuk melanjutkan »»

Somatoform and Factitious Disorders

.
1 comments

Somatoform and
Factitious Disorders
Beset by contradictions, somatoform and factitious disorders have an unusually long, rich, and colorful historical and clinical tradition. Yet, some of them have received only limited empirical investigation.This book continues that rich tradition by offering a broad and scholarly synthesis of the current knowledge& mdash;and controversies& mdash;about somatoform and factitious disorders. Here you'll find up-to-date, clinically focused overviews of these intriguing and often difficult-to-treat disorders.
Recognized experts present the latest findings along with insightful recommendations and illustrative case studies on "Somatization disorder"& mdash;The evolution and problems of diagnostic criteria (e.g., its focus on symptom counting), epidemiology, clinical features, etiologic considerations, differential diagnosis (e.g., contrasted with depressive and anxiety disorders), evaluation (use of questionnaires), and treatment considerations (psychotherapy, psychotropic medications). "Hypochondriasis"& mdash;History, clinical features, theoretical models (psychodynamic, cognitive-behavioral, and physiologic), research studies, and practical techniques for treatment (from pharmacotherapy to cognitive behavioral therapy to alternative treatments such as relaxation therapy). "Body dysmorphic disorder"& mdash;History and prevalence, clinical features, treatment (including surgery and nonpsychiatric medical treatment), etiology and pathophysiology (its relationship to obsessive-compulsive, depressive, and eating disorders), and diagnosis and misdiagnosis. Conversion disorder& mdash;Diagnostic criteria and clinical subtypes, history and definitions, models of symptom generation, functions served by conversion symptoms, associated features, epidemiology, demographic and disease course, comorbidity, differential diagnosis, and treatment (best done in collaboration with an internist, primary care physician, or neurologist). Factitious disorders (widely known as Munchausen syndrome, its most extreme subtype)& mdash;Empirical evidence related to epidemiology and etiology; diagnosis, clinical description, prevalence, and associated costs; limitations of current approaches; the reliability and usefulness of differential diagnoses; comorbidity, etiology, and management.
Both concise and thorough, this extensively annotated volume clarifies the issues surrounding these fascinating disorders and offers practical guidance and recommendations, highlighting the pressing need for further research to improve patient care. As such, it will prove compelling reading for practicing psychiatrists and other physicians in any clinical setting who want to better understand the baffling complexities of these distressing disorders.


Somatoform and Factitious Disorders
Oleh Katharine A. Phillips
Kontributor Katharine A. Phillips
Diterbitkan oleh American Psychiatric Pub, 2001
ISBN 1585620297, 9781585620296
181 halaman



Klik disini untuk melanjutkan »»

jurnal penelitian ilmiah kesehatan

.
0 comments

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau ά= 0,05.
Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015.
Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.
Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan

Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan
untuk selengkapnya silahkan download






Klik disini untuk melanjutkan »»

asuhan keperawatan kasus hepatomegali

.
0 comments

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATOMEGALI
Hepatomegali Pembesaran Hati (Hepatomegali) adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba,pemimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis). Keluhan dari hepatomegali ini gangguan dari sistem pencernaan seperti mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam. Pengobatan pada kasus hepatomegali ini berdasarkan penyebab yang mendasarinya.


PENYEBAB

Penyebab yang sering ditemukan:
- Alkoholisme
- Hepatitits A
- Hepatitis B
- Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
- Leukemia
- Neuroblastoma
- Sindroma Reye
- Karsinoma hepatoseluler
- Penyakit Niemann-Pick
- Intoleransi fruktosa bawaan
- Penyakit penimbunan glikogen
- Tumor metastatik
- Sirosis bilier primer
- Sarkoidosis
- Kolangitis sklerotik
- Sindroma hemolitik-uremik.


GEJALA

Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh.

Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba.


DIAGNOSA

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik.

Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu.

Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis.

Benjolan yang nyata biasanya diduga suatu kanker.

Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah:
- rontgen perut
- CT scan perut
- tes fungsi hati.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday, October 27, 2008

RESPON ANSIETAS DAN GANGGUAN ANSIETAS

. Monday, October 27, 2008
0 comments

Definisi
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal
Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis

Etiologi
1. Teori neurobiology
 Kimia otak dan factor perkembangan
Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain
 Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA ( gamma-aminobutyric acid ) berperan dalam perkembangan cemas
 Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input ( amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas /takut )
Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
 Locus ceruleus, adlah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas ( khususnya PTSD ( post traumatic sindrom disorder )
 Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori
 Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD ( obsessive compulsive disorder )
 Penyakit fisik
 Exposure of subsntace
 Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis
2. Teori psikologi
 Harga diri rendah
 Pemalu pada masa kanak-kanak
 Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
 Ketidaknyamanan dengan agresi
 Sexual abuse
 Mengaami peristiwa yang menakutkan
 Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara belbihan terhaap suatu bahaya

Faktor resiko
 Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
 Etnik
 Perpisahan
 Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
 Status social dan ekonomi rendah
 Riwayat keluarga ( pernah adanya penyimpangan yang hampir sama )
 Substance or stimulant abuse

Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Individu menjadi waspada dan mengaami peningkatan lapang persespi. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kretaifitas
2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu mmerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain
4. Panik
Behubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proposinya. Kehilangan kendali, tidak mampu melakukan Sesuatu meski dengan arahan

Efek fisiologis cemas
 Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah
 Aluran darah ke otot meningkat
 Respirasi meningkat
 Berkeringat
 Pelepasan glikogen
 Peningkatan kemampuan pembekuan darah
 Produksi saliva meurun
 Penurunan fungsi pencernan
 Penurunan respon imun

Kriteria serangan panic ( sedikitnya ada 4 gejalayang berkembang dengan cepat dan mencapai pincaknya dalam 10 menit ) :
1. Palpitasi, jantung berdenyut keras, frekuensi denyut jantung meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetar/menggigil
4. Sensasi sesak nafas
5. Merasa tersedak
6. Nyeri dada/keridaknyamanan
7. Mual/disstres abdomen
8. Merasa pusing, tidak tegap, pening/pingsan
9. Derealisasi ( merasa tidak nyata ), atau dpersonalisai ( merasa terasing paa diri sendiri )
10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Parestesia ( sensasi kebas/kesemutan )
13. Menggigil/hotflash

Macam :
1. Phobia ( ketakutan yang tidak rasional terhadap suatu objek atau situasi yang secara objektif bukanlah sesuatu yang membahayakan
2. Panic attack
 Respon fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap stressor
 Ketakutan akan adanya bahaya/terror, terjadi dalam situasi yang spesifik, minimal ditandai 4-13 keluhan fisik atau gejala kognitif
 Terjadi beberapa menit, puncaknya 10 menit
3. Panic disorder
 Kambuh berulang, serangan panic tak dapat diprediksi
 Bisa atau tidak dengan agoraphobia
4. OCD
 Individu mengalami obsessive atau kompulsif berulang ( > 1 jam/hari)
 Klien merasa asing denga diri sendiri
 Jika tidak diobati, individu dapat jatuh pada kondisi depresi atau bunuh diri
5. Stres disorder
a. Acute Stres Disorder ( ACD )
o Terjadi pada bulan l setelah paparan trauma yang extreme
o Disosiasi, melihat dunia hanya sebagai mimpi yang tidak nyata
o Memori sangat kurang ( dissosiative amnesia )
o Resolve 2-4 mg setelah trauma
b. Acute Post-Traumatic Disorder )
o ASD lebih dari 1 bulan
o Cemas, selalu teringat dengan trauma yang dialami, mimpi buruk, gangguan tidur, menghindari situasi trauma
c. Chronic PTSD
Acute PTSD > 3 bulan
Semua hal iatas dapat menyebabkan penurunan harga diri, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan social, kesulitan membangun hubungan, merasa diri rusak, dan beresiko substance abuse.


Penanganan :
1. Cognitive Behaviour Therapy
a. Panic attack
 Cognitive restructuring
 Desensitisasi terhadap situasi yang menakutkan
 Alih pengetahuan terhadap penyimpangan yang dialami
 Ajarkan relaksasi ( teknik nafas dalam )
b. Anxiety disorder
 Teknik relaksasi, stress managemen, biofeedback
 Intervensi kognitif untuk membentuk kembali catastrophic thinking
 Bantu memecahkan masalah
c. OCD
 Desensistisasi
 Alih pengetahuan
 Teknik relaksasi
d. ASD
 Bantu klien untuk mendapatkan dukungan kelompok
 Komunikasi terapeutik
 Ajarkan problem solving
 Ajarkan teknik relaksasi
e. Spesifik phobia : Desensitisasi
f. Social phobia
 Challenge negative beliefs
 Ajarkan penilaian yang reaistis terhadap situasi sosial
g. PTSD : Dukung klien dalam terapi kelompok
2. Pharmacologic treatment
 Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs )
 Bezodiazepines ( BZDs )
 Buspirone
 Beta blocker
 Tricyclic antidepressants ( TCAs )

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sunday, October 26, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS/ASKEP HIPERGLIKEMIA

. Sunday, October 26, 2008
0 comments


Diebetes mellitus ( DM ) adalah gangguan metabolisme yang secara enetis dan klinis termasuk heterigen dngan maniestasi berupa hilangnya toleransi karbihidrat.
Perkembangan secara klinins ditandai dengan hiperglikemia puasa, aterosklerotik, mikroangiopathi, dan nefropathi.
Kadar glukosa plasma puasa normal 80-115 mg/dl
Hiperglikemia jika kadar gula > 115 mg/dl
Hipoglikemia jika kadar gula < 80 mg/dl


Glukosa difiltrasi oleh glomerolus ginjal dan hamper semua diabsorbsi oleh tubulus ginjal selama kaar glukosa plasma tidak >160-180 mg/dl. Jika kadar gula lebih dari itu maka glukosa akan keluar lewat urine shg menimbulkan glukosuria.

Klasifikasi klinis DM :

1. DMTI ( DM tergantung Insulin ) / DM tipe 1
2. DMTTI ( DM tak tergantung insulin )/ DM tipe 2
3. GTT
4. DM Gestasional

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, October 22, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DENGAN RIWAYAT EPILEPSI

. Wednesday, October 22, 2008
0 comments


A. Pengertian
Epilepsi merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktifitas elektrik yang periodik dan eksesif dari neuron serebrum yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktifitas otonom dan berbagai gangguan psikis.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi umumnya dibagi menjadi 2 :
1. Idiopatik ( primer, essensial )
Pada jenis ini, tidak dapat diketemukan adanya suatu lesi organik di otak. Tidak dimulai dengan serangan fokal. Gangguan bersifat fungsional di daerah dasar otak yang mempunyai kemampuan mengontrol aktifitas korteks.
2. Simptomatik akibat kelainan otak
Serangan epilepsi merupakan gejala dari suatu penyakit organik otak. Misalnya karena adanya demam, penyakit otak degeneratif difus, infark, enchepalitis, abses, tumor serebrum, jaringan parut setelah cedera kepala, anoksia, toksemia, hipogliklemia, hipokalasemia, atau gejala putus obat.
C. Patofisiologi
Timbulnya serangan kejang adalah kemugkinan adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin dan GABA ( asam gama amino butirat ), merupakan neuritransmitter sel-sel otak. Asetilkolin menyebabkan depolarisasi, yang dalam jumlah berlebihan menimbulkan kejang. Sedang GABA menimbulkan hiperpolarissasi, yang sebaliknya akan merendahkan eksitabilitas dan menekan timbulnya kejang. Berbagai kondisi yang mengganggu metabolisme otak seperti penyakit metabolik, racun, beberapa obat dan putus obat, dapat menimbulkan pengaruh yang sama.
D. Gejala
1. Grand mal ( tonik-klonik umum )
Jenis ini bersifat sekunder, yakni berasal dari epilepsi partial kemudian menjadi serangan (bangkitan) umum.
Fase serangan :
a. Fase tonik
Ditandai dengan kontraksi semua otot, kelopak mata tetap terbuka, lengan terangkat, abduksi, terputar keluar, sendi siku fleksi, tungkai juga fleksi ( tertekuk ). Setelah fleksi segera diikuti ekstensi yang disertai jeritan epilepsi beberapa detik. Leher dan punggung melengkung menjadi posisi opistotonik, lengan dan tungkai juga ekstensi. Berlangsung antara 10-20 detik.
b. Fase klonik
Berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Menunjukkan adanya gerakan spasmus fleksi berganti-ganti denga relaksasi. Penderita dapat menggigit lidahnya, sianosis, hipertensi, takhicardi, hiperhodrosis, midriasis, salivasinya bertambah.
c. Fase pasca serangan ( koma )
Semua aktifitas otot berhenti. Dalam waktu 15 menit kesadaran akan pulih lembali. Kesadaran akan pulih secara normal dalam 1-2 jam. Penderita merasa lesu, otot-otot nyeri dan sakit kepala.
2. Petit mal
Merupakan eilepsi yang tenang. Penderita biasanya anak-anak atau dewasa muda. Ketika melakukan aktifitas, tiba-tiba berhenti, sering terdapat gerakan kecil seperti gerakan-gerakan kelopak mata, mengunyah, gerakan-gerakan bibir. Serangan berakhir dalam 60 detik Kesadaran juga segera normal. Dalam sehari, serangan dapat 10-20 kali.
3. Partial
a. Sederhana ( tidak terdapat gangguan kesadaran )
b. Kompleks ( terdapat gangguan ksadaran )
E. Klasifikasi
1. Epilepsi umum
a. Epilepsi umum primer, misalnya epilepsi grand mal, petit mal, epilepsi juvenil mioklonik
b. Epilepsi umum sekunder, misalnya spasme infantil, epilepsi mioklonik astatik
2. Epilepsi partial
a. Disertai dengan gejala elementer ( tanpa gangguan kesadaran ), misalnya dengan gejala motorik, sensorik atau otonomik
b. Disertai dengan gejala komplek ( dengan gangguan kesadaran )
c. Disertai fenomena sekunder ( misalnya menjadi epilepsi umum )
3. Epilepsi lain yang tidak dapat diklasifiksikan
1. Pengkajian
§ Riwayat epilepsi
§ Faktor pencetus
§ Penggunaan obat-obatan
§ Hasil pemeriksaan penunjang seperti EEG, CT Scan, analisis CSS
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko cedera
b. Risiko aspirasi
c. Harga diri rendah
3. Perencanaan keperawatan
a. Tujuan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
b. Tindakan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
§ Sipakan selalu peralatan emergency untuk pasien dengan riwayat epilepsi, seperti spatel lidah, O2, nasal kanul, antikonvulsan
§ Observasi pasien saat serangan, jangan tinggalkan pasien sendiri
§ Usahakan pasien tidak jatuh dari tempat tidur, pasang restrain
§ Jangan lakukan pengikatan pada pasien
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerakan dan pernafasan
§ Monitor kondisi umum pasien saat serangan dan pasca serangan
§ Kolaborasi
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
§ Kenali faktor pencetus kejang
§ Siapakan selalu peralatan emergency
§ Jangan memasukkan apapun ke mulut pasien saat serangan
§ Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi dan mencegah lidah jatuh yang akan menutup jalan nafas
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerak dan pernafasan
§ Berikan O2 jika perlu
§ Kolaborasi
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
§ Dorong pasien untuk mengembangkan kelebihannya
§ Bantu pasien mengungkapkan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai
§ Fasilitasi pasien melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan harga dirinya di lngkungannya
§ Berikan pujian atas keberhasilan pasien melakukansesuatu, sekecil apapun
§ Anjurkan keluarga untuk mendukung pasien dalam rangka meningkatkan harga dirinya
4. Evaluasi keperawatan
a. Pasien tidak mengalami cedera, saat serangan maupun setelah serangan
b. Pasien mempunyai penilaian yang positif terhadap dirinya
c. Kondisi fisiologis pasien normal
d. Catat kondisi umum pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, adakah sianosis, kondisi pupil, tingkat kesadaran, adakah keluhan pusing, sakit kepala, lemah, lesu setelah serangan, apakah lidah tergigit atau tidak, bagaimana kondisi gigi pasien, dll
G. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan pasien epilepsi antara lain :
1. Diagnosis yang tepat
2. Pilih obat yang tepat
3. Mulai dengan obat tunggal
4. Dosis diusahakan berada dalam lingkup terapetik dalam serum
5. Perhatikan lamanya obat berefek untuk menentukan frekuensi pemberian obat
6. Penambhaan atau penggantian obat harus mempertimbangkan ada tidaknya kemajuan dalam terapi
7. Waktu pemberian obat yang menguntungkan pasien
8. Pemantauan ketaatan pasien karena epilepsi memerlukan pengobatan jangka panjang. Biasanya obat antiepilepsi berangsur dihentikan setelah pasien bebas kejasng 2-3 tahun dengan pemantauan EEG. Sebagian ada yang memerlukan obat seumur hidup, sehingga ketaatan pasien, pengertian keluarga dan masyarakat sangat diperlukan untukkeberhasilan pengobatan.
Referensi
Mohr, WK, 2006, Psychiatric Mental Health Nursing, Lippincott William & Wilkins, Philadelpia
NANDA International, 2007, Nursing Diagnosis : Definition & Classification, NANDA Interbational, Philadelpia
Wibowo, S, 1994, Catatan Kuliah Penyakit Syaraf, Tidak Dipublikasikan
Wilkinson, JM, 2006, Nursing Diagnosis Handbook with NIC & NOC, Pearson Prentice Hall, New Jersey

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com