Wednesday, October 22, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DENGAN RIWAYAT EPILEPSI

. Wednesday, October 22, 2008


A. Pengertian
Epilepsi merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktifitas elektrik yang periodik dan eksesif dari neuron serebrum yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktifitas otonom dan berbagai gangguan psikis.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi umumnya dibagi menjadi 2 :
1. Idiopatik ( primer, essensial )
Pada jenis ini, tidak dapat diketemukan adanya suatu lesi organik di otak. Tidak dimulai dengan serangan fokal. Gangguan bersifat fungsional di daerah dasar otak yang mempunyai kemampuan mengontrol aktifitas korteks.
2. Simptomatik akibat kelainan otak
Serangan epilepsi merupakan gejala dari suatu penyakit organik otak. Misalnya karena adanya demam, penyakit otak degeneratif difus, infark, enchepalitis, abses, tumor serebrum, jaringan parut setelah cedera kepala, anoksia, toksemia, hipogliklemia, hipokalasemia, atau gejala putus obat.
C. Patofisiologi
Timbulnya serangan kejang adalah kemugkinan adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin dan GABA ( asam gama amino butirat ), merupakan neuritransmitter sel-sel otak. Asetilkolin menyebabkan depolarisasi, yang dalam jumlah berlebihan menimbulkan kejang. Sedang GABA menimbulkan hiperpolarissasi, yang sebaliknya akan merendahkan eksitabilitas dan menekan timbulnya kejang. Berbagai kondisi yang mengganggu metabolisme otak seperti penyakit metabolik, racun, beberapa obat dan putus obat, dapat menimbulkan pengaruh yang sama.
D. Gejala
1. Grand mal ( tonik-klonik umum )
Jenis ini bersifat sekunder, yakni berasal dari epilepsi partial kemudian menjadi serangan (bangkitan) umum.
Fase serangan :
a. Fase tonik
Ditandai dengan kontraksi semua otot, kelopak mata tetap terbuka, lengan terangkat, abduksi, terputar keluar, sendi siku fleksi, tungkai juga fleksi ( tertekuk ). Setelah fleksi segera diikuti ekstensi yang disertai jeritan epilepsi beberapa detik. Leher dan punggung melengkung menjadi posisi opistotonik, lengan dan tungkai juga ekstensi. Berlangsung antara 10-20 detik.
b. Fase klonik
Berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Menunjukkan adanya gerakan spasmus fleksi berganti-ganti denga relaksasi. Penderita dapat menggigit lidahnya, sianosis, hipertensi, takhicardi, hiperhodrosis, midriasis, salivasinya bertambah.
c. Fase pasca serangan ( koma )
Semua aktifitas otot berhenti. Dalam waktu 15 menit kesadaran akan pulih lembali. Kesadaran akan pulih secara normal dalam 1-2 jam. Penderita merasa lesu, otot-otot nyeri dan sakit kepala.
2. Petit mal
Merupakan eilepsi yang tenang. Penderita biasanya anak-anak atau dewasa muda. Ketika melakukan aktifitas, tiba-tiba berhenti, sering terdapat gerakan kecil seperti gerakan-gerakan kelopak mata, mengunyah, gerakan-gerakan bibir. Serangan berakhir dalam 60 detik Kesadaran juga segera normal. Dalam sehari, serangan dapat 10-20 kali.
3. Partial
a. Sederhana ( tidak terdapat gangguan kesadaran )
b. Kompleks ( terdapat gangguan ksadaran )
E. Klasifikasi
1. Epilepsi umum
a. Epilepsi umum primer, misalnya epilepsi grand mal, petit mal, epilepsi juvenil mioklonik
b. Epilepsi umum sekunder, misalnya spasme infantil, epilepsi mioklonik astatik
2. Epilepsi partial
a. Disertai dengan gejala elementer ( tanpa gangguan kesadaran ), misalnya dengan gejala motorik, sensorik atau otonomik
b. Disertai dengan gejala komplek ( dengan gangguan kesadaran )
c. Disertai fenomena sekunder ( misalnya menjadi epilepsi umum )
3. Epilepsi lain yang tidak dapat diklasifiksikan
1. Pengkajian
§ Riwayat epilepsi
§ Faktor pencetus
§ Penggunaan obat-obatan
§ Hasil pemeriksaan penunjang seperti EEG, CT Scan, analisis CSS
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko cedera
b. Risiko aspirasi
c. Harga diri rendah
3. Perencanaan keperawatan
a. Tujuan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
b. Tindakan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
§ Sipakan selalu peralatan emergency untuk pasien dengan riwayat epilepsi, seperti spatel lidah, O2, nasal kanul, antikonvulsan
§ Observasi pasien saat serangan, jangan tinggalkan pasien sendiri
§ Usahakan pasien tidak jatuh dari tempat tidur, pasang restrain
§ Jangan lakukan pengikatan pada pasien
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerakan dan pernafasan
§ Monitor kondisi umum pasien saat serangan dan pasca serangan
§ Kolaborasi
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
§ Kenali faktor pencetus kejang
§ Siapakan selalu peralatan emergency
§ Jangan memasukkan apapun ke mulut pasien saat serangan
§ Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi dan mencegah lidah jatuh yang akan menutup jalan nafas
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerak dan pernafasan
§ Berikan O2 jika perlu
§ Kolaborasi
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
§ Dorong pasien untuk mengembangkan kelebihannya
§ Bantu pasien mengungkapkan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai
§ Fasilitasi pasien melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan harga dirinya di lngkungannya
§ Berikan pujian atas keberhasilan pasien melakukansesuatu, sekecil apapun
§ Anjurkan keluarga untuk mendukung pasien dalam rangka meningkatkan harga dirinya
4. Evaluasi keperawatan
a. Pasien tidak mengalami cedera, saat serangan maupun setelah serangan
b. Pasien mempunyai penilaian yang positif terhadap dirinya
c. Kondisi fisiologis pasien normal
d. Catat kondisi umum pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, adakah sianosis, kondisi pupil, tingkat kesadaran, adakah keluhan pusing, sakit kepala, lemah, lesu setelah serangan, apakah lidah tergigit atau tidak, bagaimana kondisi gigi pasien, dll
G. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan pasien epilepsi antara lain :
1. Diagnosis yang tepat
2. Pilih obat yang tepat
3. Mulai dengan obat tunggal
4. Dosis diusahakan berada dalam lingkup terapetik dalam serum
5. Perhatikan lamanya obat berefek untuk menentukan frekuensi pemberian obat
6. Penambhaan atau penggantian obat harus mempertimbangkan ada tidaknya kemajuan dalam terapi
7. Waktu pemberian obat yang menguntungkan pasien
8. Pemantauan ketaatan pasien karena epilepsi memerlukan pengobatan jangka panjang. Biasanya obat antiepilepsi berangsur dihentikan setelah pasien bebas kejasng 2-3 tahun dengan pemantauan EEG. Sebagian ada yang memerlukan obat seumur hidup, sehingga ketaatan pasien, pengertian keluarga dan masyarakat sangat diperlukan untukkeberhasilan pengobatan.
Referensi
Mohr, WK, 2006, Psychiatric Mental Health Nursing, Lippincott William & Wilkins, Philadelpia
NANDA International, 2007, Nursing Diagnosis : Definition & Classification, NANDA Interbational, Philadelpia
Wibowo, S, 1994, Catatan Kuliah Penyakit Syaraf, Tidak Dipublikasikan
Wilkinson, JM, 2006, Nursing Diagnosis Handbook with NIC & NOC, Pearson Prentice Hall, New Jersey

0 comments:

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com